Kamis, 26 Maret 2009

PERBANYAKAN BENIH TANAMAN HIAS MELATI


I. PENDAHULUAN

Tanaman melati (Jasminum) termasuk ke dalam suku Oleaceae, berasal dari India kemudian menyebar ke Malaysia, Philipina, Indocina dan Indonesia. Jumlah spesies yang telah dibudidayakan sudah mencapai 47 spesies dan tanaman melati yang potensial untuk dikembangkan ada 3 jenis, yaitu : Jasminum sambac Maid of Orleans, J. Sambac Grand duke of Tuscany dan J. Officinale. Di Indonesia, jenis melati yang paling umum dibudidayakan adalah melati putih (Jasminum sambac) yang digunakan untuk bunga tabur dan rangkaian bunga. Sedangkan Jasminum officinale digunakan untuk penyedap teh, pewangi dan bahan baku industri. Ditinjau dari luas areal pertanaman dan macam kegunaannya, tanaman melati mempunyai peluang bisnis besar dan prospek yang baik dalam agribisnis dan agroindustri. Sentra produksi terbesar bunga melati terdapat di Pulau Jawa, luas areal pertanaman di Jawa Tengah berkisar 317 Ha, Jawa Timur 45 Ha dan Jawa Barat 17 Ha. Produksi rata-rata nasional per tahun mencapai 1.254 ton, sementara itu kebutuhan minyak melati murni dunia adalah 4.000 kg per tahun.

II. JENIS-JENIS TANAMAN MELATI

A. Jasminum sambac
Bunga tunggal warna putih bersih dengan mahkota terbuka. Dalam kelompok terdapat 12 kuntum, diameter bunga 2-3 cm, batang berbentuk segi empat, daun oval atau elips, permukaan atas hijau mengkilat. Tumbuh di dataran rendah 600 m dpl.

B. Jasminum multiforum (Star jasmine)
Bunga bergerombol, tumbuh diujung tanaman terdiri dari 3-15 kuntum. Warna putih sejak kuntum hingga mekar, diameter bunga 3-3,5 cm, batang dan daun ada yang berbulu dan ada yang tidak. Tumbuh merambat 2-10 m dan rajin berbunga.

C. Jasminum officinale
Bunga kecil, panjangnya 2-3 cm, warna bunga merah tua atau merah gambir ketika kuncup dan ketika mekar berwarna putih. Daun majemuk bersirip ganjil, tekstur halus dan berwarna hijau.

III. CARA PERBANYAKAN BENIH

A. Perbanyakan generatif (dengan biji)
Perbanyakan melalui biji umumnya digunakan oleh para pemulia untuk menemukan kultivar baru. Perbanyakan melalui biji dilakukan dengan menyemaikan biji terlebih dahulu kemudian selanjutnya ditumbuhkan sebagai tanaman/individu baru.

B. Perbanyakan dengan stek
Perbanyakan dengan stek adalah salah satu cara yang efisien dan efektif untuk memenuhi kebutuhan benih dalam jumlah besar, dalam waktu yang relatif cepat dan pengerjaannya lebih mudah dibanding dengan cara cangkok.

Bahan untuk stek diambil dari tanaman induk dewasa yang sehat dan sudah pernah berbunga. Bahan stek diambil dari bagian batang atau cabang muda yang subur dan dalam kondisi pertumbuhan yang aktif. Batang/cabang yang diambil mempunyai minimal 2 helai daun untuk membantu proses fotosintesis.

Batang yang dipotong sebaiknya membentuk sudut 45°, hal ini untuk memberikan permukaan yang lebih luas sebagai tempat pertumbuhan akar, sehingga akar yang terbentuk akan lebih banyak.

Sebelum penanaman stek, terlebih dahulu stek yang sudah diambil diberikan zat pengatur tumbuh (misalnya Rootone-F) untuk merangsang pertumbuhan tunas dan akar. Kemudian stek ditanam di media tanam yang sudah dipersiapkan terlebih dahulu. Media tanam yang baik adalah yang mempunyai draenasi, aerasi, poros dan daya mengikat air yang yang baik, serta bebas patogen. Media tanam dapat berupa arang sekam, zeolit atau pasir.

Selama proses pertumbuhan akar, pertanaman ditempatkan ditempat yang terlindungi dari sinar matahari dan dilakukan penyiraman secara rutin.

C. Perbanyakan dengan cangkok
Perbanyakan tanaman melati dengan cara cangkok dilakukan pada tanaman yang sehat dengan cara membuang kambium kemudian memberikan media tumbuh yang baik untuk merangsang pertumbuhan akar.

Tata cara pembuatan cangkok sebagai berikut :
• Batang yang dipilih sudah cukup besar, sehat dan berdaun.
• Kulit batang dikerat melingkar sepanjang 1-2 cm, kemudian dikupas dan dibersihkan dari lapisan kambiumnya.
• Bagian keratan ditutup dengan media tumbuh dibalut dengan sabut kelapa/plastik.
• Biarkan 2-3 bulan, setelah terjadi perakaran cangkok dapat dipotong untuk ditanam.
• Pencangkokan sebaiknya dilakukan pada waktu musim hujan, supaya media tanam tidak kering.

D. Perbanyakan dengan rundukan
Perbanyakan dengan rundukan dilakukan dengan cara melengkungkan bagian ujung cabang tanaman ke dalam permukaan tanam kemudian ditimbun hingga pada kedalaman sekitar 10-15 cm di bawah permukaan tanah. Sebelumnya dilengkungkan, bagian tanaman yang berada di dalam permukaan tanah dilukai terlebih dahulu untuk merangsang pertumbuhan akar.

Cara perlukaan pada cabang yang dirundukan dilakukan dengan melukai/mengerat cabang sisi yang melengkung dengan arah memutar ke atas hingga membentuk lengkungan. Kerataannya dibuat seperti pada membuat cangkokan. Kemudian cabang tersebut diikat dengan kawat. Apabila cabang yang dirunduk terlalu panjang, dapat dilakukan beberapa kali lengkungan.

E. Perbanyakan dengan kultur jaringan
Perbanyakan dilakukan di laboratorium, ditumbuhkan secara in vitro. Benih yang dihasilkan dalam jumlah besar, dalam waktu yang relatif singkat. Perbanyakan dengan kultur jaringan memerlukan kondisi dan media yang khusus. Perbanyakan didapat dari setiap sel tanaman, menghasilkan individu baru yangs ama dengan induknya.

IV. HAMA DAN PENYAKIT

A. Hama

• Ulat Palpita (Palpita unionalis Hubn.)

Ulat merusak tanaman melati dengan cara memakan daun muda dan puncuk tanaman. Dengan bertambahnya umur larva, daun-daun melati yang tersisa direkatkan satu sama lain dan digunakan untuk membentuk kepompong. Akibatnya, tanaman melati gagal membentuk bunga.

Pengendalian hama ini adalah dengan pemotongan daun-daun tanaman yang terserang, kemudian dimusnahkan. Secara biologi dengan memanfaatkan musuh alami yaitu parasitoid pupa Brachimeria euploeae Westw. Dan Xanthopimpla punctata. Sebagai parasitoid larvanya dapat memanfaatkan Apanteles taragamae vier. Dan Chelonus tobonus Son. (Hymenoptera Braconidae). Dapat juga digunakan insektisida biologi Bacillus thuringiensis Ber atau menggunakan insektisida botani/nabati yang dibuat dengan cara menghaluskan daun atau biji tanaman Annonaceae dan Meliaceae sampai menjadi tepung. Bahan-bahan tanaman tersebut adalah daun mindi (Melia azedarach), daun culan (Aglaia odorata), biji srikaya (Annona squamosa), biji sirsak (Annona murucata) dan biji buah nona (Annona reticulata). Selanjutnya bahan ini diaduk dengan bantuan pelarut organik (aseton) hingga diperoleh ekstrak kasar. Ekstrak kasar dibuat menjadi formulasi cair yang dapat diaplikasikan di lapang dengan konsentrasi ekstrak 0,25% b/v (g/100 ml air).

• Penggerek bunga (Hendecasis duplifascialis Hmps.)

Hama ini menyerang tanaman melati dengan cara menggerek atau melubangi kuncup bunga sehingga gagal mekar. Kuntum bunga yang terserang menjadi rusak dan kadang-kadang terjadi infeksi sekunder oleh cendawan sehingga menyebabkan bunga busuk.

Pengendalian secara mekanis yaitu dengan memangkas bagian tanaman yang terserang dan dimusnahkan. Secara biologis adalah dengan memanfaatkan musuh alami yaitu parasitoid Phanerotoma hendecasisella Cam.

• Trips (Chaetanaphothrips (Scirtothrips) signipennis Bagn.)

Populasi hama ini dapat meningkat pada musim kemarau, sebaliknya pada musim hujan populasi akan turun. Trips merusak tanaman dengan cara memarut atau merobek jaringan daun atau bunga lalu mengisap cairan tanaman yang keluar. Bekas parutan terlihat berwarna keperak-perakan kemudian menjadi coklat dan akhirnya bagian jaringan tanaman tersebut mati. Pada tanaman melati trips bersembunyi di helaian bunga. Ukurannya sangat kecil dan bekas serangannya tidak mudah terlihat sehingga hama ini kerap luput dari perhatian petani.

Pengendalian hama ini adalah dengan memasang perangkap likat IATP (Insect Adhesive Trap Paper) berupa kertas lembaran tahan air berwarna kuning yang telah diberi perekat, warna kuning disukai oleh hama trips. Atau dengan memangkas bagian tanaman yang terserang dan dimusnahkan. Secara biologis yaitu dengan memanfaatkan musuh alami dari jenis Coccinellidae yaitu kumbang macan.

• Kutu putih (Pseudococcus longispinus Targioni Tozzetti)

Hama ini biasanya dijumpai pada permukaan bawah daun atau pada sudut petiole. Pada populasi tinggi hama tersebut bergerombol seperti gumpalan kapas dengan embun madu yang lengket sehingga merusak penampilan tanaman. Disamping itu hama ini juga mengisap cairan tanaman sehingga pertumbuhan tanaman terganggu. Pada populasi tinggi tanaman menjadi layu bahkan mati.

Pengendalian hama ini adalah dengan menggunakan benih yang sehat dan secara mekanis memangkas bagian tanaman yang terserang dan dimusnahkan. Secara biologis dengan memanfaatkan predator sejenis kumbang dari Famili Coccinellidae yaitu Cryptolaemus montrouzieri. Selain predator dapat juga memanfaatkan parasitoid Cocophagus gumeyi, Tetracnemus pretiosus, T. Peregrinus, Leptomastidae abnormis dan Anarhopus sydeyensis.

B. Penyakit

• Bercak kuning Xanthomonas campestris pv jasminii

Munculnya bintik-bintik hijau di permukaan daun bagian bawah. Bintik-bintik tersebut makin lama makin banyak dan tersebar merata pada seluruh permukaan daun bagian abwah. Tahap berikutnya bintik hijau yang ebrukuran lebih besar berubah warna hijau kekuning-kuningan.

Perubahan terus berlanjut hingga muncul warna kuning di sekitar bintik (klorosis) yang selanjutnya diikuti pula oleh munculnya bintik-bintik kuning di permukaan daun bagian atas. Bintik kuning makin jelas dan penguningan daun di sekitar daerah terinfeksi makin meluas dengan bertemunya bintik penyakit satu dengan yang lain.

Pada pusat nekrosis selanjutnya berubah warna lagi menjadi coklat. Bila serangan berat menyebabkan 80% permukaan daun mengalami nekrosis, jumlah bintik kuning tersebar merata di seluruh permukaan daun dan daun mudah rontok. Akibat serangan penyakit ini, juga dapat menyebabkan daun melati mudah diserang juga oleh patogen sekunder, baik yang berasal dari jamur maupun bakteri.

Pengendalian penyakit ini adalah dengan menggunakan varietas yang tahan terhadap penyakit, misalnya Jasminum officinale, mengatur jarak tanam (jangan terlalu dekat), pemupukan berimbang sesuai dosis anjuran dan sanitasi lingkungan dan memangkas bagian tanaman yang terserang dan dimusnahkan.

• Hawar daun (Rhizoctonia solani Kuhn.)

Terdapat bercak besar yang berbatas tidak teratur pada daun melati. Bercak tersebut berwarna coklat dan dapat meluas dengan cepat sehingga membusukan daun. Bila lingkungan sangat lembab, maka pada sisi bawah daun sering terlihat adanya benang-benang kecoklatan yang sangat halus seperti sarang laba-laba.

Pengendalian penyakit ini adalah dengan mengusahakan agar kondisi pertanaman tidak terlalu lembab, sanitasi kebun dengan membersihkan dari gulma dan memotong bagian tanaman yang terserang dan dimusnahkan.

• Embun jelaga (Capnodium sp., Meliola spp.)

Embun jelaga menutupi permukaan atas daun melati. Apabila patogen tersebut membentuk lapisan merata adalah Capnodium sp., sedang yang membentuk kelompok-kelompok hitam berbulu adalah Meliola sp.

Pengendalian penyakit ini adalah dengan mengurangi kelembaban kebun dengan mengatur jarak tanam dengan cara memangkas tanaman atau tunas yang tidak produktif, memangkas daun yang terserang dan memusnahkannya dan mengurangi populasi kutu daun penghasil sekresi sebagai media pertumbuhan cendawan.

• Jamur upas (Upasia salmonicolor)

Patogen ini sering menyerang melati gambir yaitu ada batang atau cabangnya yang berkayu. Bagian yang terserang kulitnya membusuk dan tertutup oleh lapisan jamur berwarna merah jambu, yang merupakan ciri khas jamur upas. Selanjutnya cabang mati, daun-daunnya layu dan mengering.

Pengendalian penyakit ini adalah dengan mengatur jarak tanam (tidak terlalu rapat dan mengatur kelembaban kebun), sanitasi kebun dengan membersihkan gulma dan pemangkasan sebelum pucuk merekah serta memangkas bagian tanaman yang terserang dan dimusnahkan.

• Bercak daun (Pestalotia sp, Cercospora sp)

Serangan penyakit yang disebabkan oleh jamur ini ditandai adanya bercak-bercak cokelat sampai kehitaman pada daun. Pengendalian penyakit ini adalah dengan menggunakan benih yang sehat, mengatur jarak tanam (tidak terlalu rapat) dan memusnahkan tanaman atau bagian tanaman yang terinfeksi berat.

• Antraknosa (Colletotrichum gloeosporioides Penz Sacc.)

Gejala diketahui dengan munculnya bercak cokelat di atas daun. Bercak ini berkembang dengan bintik-bintik sirkuler. Bintik-bintik hitam tersebut adalah badan buah yang berupa aservulus. Pada serangan berat daun melati menjadi kering.

Pengendalian penyakit ini adalah dengan melakukan pemupukan berimbang sesuai dengan anjuran, mengurangi kelembaban pertanaman dan memotong daun-daun yang terserang.

• Hawar bunga (Curvularia sp., Fusarium sp., Phoma sp.)

Gelaja umum yang terjadi akibat dari serangan ini adalah pada awal berupa bercak kecil berwarna colat pada helaian bunga bagian luar yang berkembang ke helaian bagian daun, sehingga seluruh bunga menjadi busuk dan berguguran.

Pengendalian penyakit ini adalah dengan menggunakan benih yang sehat,perbaikan drainase tanah, sanitasi kebun dan memusnahkan tanaman atau bagian tanaman yang terserang berat.

V. PANEN DAN PASCA PANEN

Tanaman melati mulai berbunga pada umur 6 bulan setelah tanam dan produksi yang terbanyak pada saat tanaman berumur 4-5 tahun. Produksi pertama biasanya belum banyak dan panen dilakukan setiap pagi terhadap bunga yang masih kuncup. Musim mempengaruhi produksi melati, pada musim kemarau biasanya produksi bunga jauh lebih rendah dibandingkan pada musim hujan sehingga diperlukan adanya varietas yang tahan kering.

Rata-rata produksi pada musim kemarau adalah 5-10 kg per hari/ha, sedangkan pada musim hujan produksinya bisa mencapai 300-1.000 kg per hari/ha. Tanaman melati mampu hidup puluhan tahun bahkan pohon induk melati berumur lebih dari 50 tahun. Akan tetapi tanaman yang diproduksi untuk diambil bunganya sebaiknya tidak melebihi 20 tahun dan diatas 20 tahun sudah diremajakan kembali sehingga produksi meningkat.



Sumber :


Tidak ada komentar:

Posting Komentar